Andrea Hirata beserta tiga anaknya

   
Rabu, 26 Maret 2008

"Andrea Hirata beserta tiga anaknya"

(Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor)

Berjuta-juta komentar manis telah dituliskan oleh para pembaca tetralogi Laskar Pelangi , buat sang penulisnya. Puja-puji tak henti-hentinya. Kata-kata cinta, salam, do’a dan pengharapan, campur aduk jadi satu. Orang biasa, bisa mabuk. Tapi yang ini, putranya pak Seman dan bu Masturah, muridnya pak Harfan dan bu Muslimah, sahabatnya Lintang, sepertinya lain. Dia nampaknya tak berani mabuk. Soalnya budi pekerti kemuhamadiyahan tak mengajarkan hal yang demikian. Kecuali mabuk kepayang karena A Ling putrinya babah A Miau si pemilik toko kelontong bobrok itu

Tapi Andrea Hirata punya dosa pada beribu-ribu wanita di tanah air ini. Indonesia mempunyai wanita-wanita yang cantik dan sehat. Namun sekonyong-konyong mereka berubah jadi seperti terserang flu berat, karena hidungnya terus-terusan beringus. Matanya panas karena air mata yang berderai-derai. Bedaknya luntur. Cantiknya kabur. Gara-gara baca bukunya. Bayak wanita jatuh cinta pada Ikal, pada Arai, pada Lintang. Bahkan aku baca ada yang berkomentar, bersedia menjadi kekasih Arai, kalau Zakiah Normala tetap saja mengacuhkannya. Gila. Sedangkan Ikal bak angin puting beliung di musim ini. Memporak-porandakan hati gadis-gadis. Bahkan ada yang menawarkan diri menjadi isterinya. Yang kedua sekalipun. Aneh.

Membaca bukunya yang penuh gizi, mampu membuat banyak orang menjadi hidup kembali, dari kematian akan harapan, dari kematian akan semangat, dari keterpurukan. Kisah perjuangannya yang penuh semangat untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, telah membangunkan kita dari tidur pajang yang nyenyak. Ceritera-ceriteranya yang menyiratkan pesan-pesan positif, tersampaikan tepat dihati para pembaca. Kadang diterima dengan cucuran air mata, kadang dengan senyum simpul saja, atau kadang tawa lebar, karena senyum simpul sudah tak tertahankan.

Pria kelahiran 24 Oktober ini sangat rapi menyimpan tahun kelahirannya (agar tak ketahuan expired-nya ……he...he….) namanya bakalan menjadi jaminan bagi buku-buku bermutu yang memikat. Aku kira begitu. Dan aku menunggu anak keempatnya. Maryamah Karpov. Semoga tak kalah manis dari ketiga kakaknya. Tentunya, Indonesia bangga punya Andrea Hirata.






-----------------tjit----------------



Selengkapnya.....

Namanya Safitri

Namanya Savitri

Ini adalah kisah cinta yang indah dan agung. Keindahan dan keagungannya tak tercipta karena gemerlap kemewahan, melainkan karena keteguhan hati, pengorbanan dan perjuangan cinta itu sendiri. Cinta dari seorang putri jelita bernama Savitri....

Savitri adalah putri seorang Begawan, yang sedang melakukan olah tirakat, melakukan tapa brata, untuk sebuah permohonan pada Yang Maha Kuasa. Permohonan itu adalah keinginannya untuk mendapatkan jodoh, karena memang umurnya yang telah mencukupi untuk bersanding dengan seorang pria. Savitri menyendiri, nyepi, untuk melakukan komunikasi dengan dengan Sang Penguasa Jagad Raya, ia memohon agar Sang Penguasa menggerakkan alam beserta seluruh isinya untuk membantu dirinya menemukan belahan jiwanya.

Dan ketika angin bertiup semilir, menggoyang lembut dahan-dahan pepohonan. Matahari bersinar cerah, hangat, menjalar hingga kelubuk hati, Savitripun tersenyum. Kiranya alam telah mengabarkan kebahagiaan padanya. Penguasa Jagad telah mendengar permohonannya. Dan benar adanya. Maka datanglah utusan dari Sang Penguasa Jagad Raya padanya. Bahwa telah datang jodoh bagi Savitri, dia adalah seorang putra raja. Namun raja tersebut kini tersingkir, terusir dari kerajaannya, karena kalah perang. Hidup terlunta-lunta. Dan karena kesedihan yang begitu merasuk kedalam jiwa raganya, rajapun jatuh sakit hingga menjadi buta. Savitri pun merasa turut sedih mendengar penderitaan yang dialami sang raja. Dan utusan itu meneruskan lagi ceriteranya. Bahwa, sayang sekali jodoh yang telah digariskan bagi Savitri itu, umurnya hanya tinggal satu tahun.

Maka sanggupkah Savitri menerima jodohnya, yang hanya satu tahun, dan mertua buta yang telah papa? Savitri telah berketetapan hati, dan pemikirannya yang panjang, telah membantunya dalam mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Dengan penuh keyakinan Savitri menerima jodohnya. Pria tampan yang umurnya tinggal satu tahun itu bernama Irawan.

Menyadari bahwa waktu kebersamaannya dengan sang suami yang sangat terbatas, maka Savitri selalu menyertai kemana saja Irawan, sang suami berjalan. Mendaki gunung, menuruni lembah, melintas hutan, dalam keadaan panas atau hujan, dalam keadaan haus dan lapar. Disertai, dijaga dan dicintainya suaminya dengan sepenuh jiwa dan raga. Savitri selalu berusaha agar disisa hidupnya, detik demi detik suaminya merasa bahagia bersamanya. Saviri dan Irawan berjalan beriringan.

Hingga pada suatu saat Irawan merasakan kelelahan yang teramat sangat. Tubuhnya lemas. Dihentikannya langkahnya. Dibawah sebuah pohon, keduanya duduk berdampingan. Namun tubuh Irawan semakin lemah, maka dibaringkannya kepalanya dipangkuan isterinya, Savitri. Dan bersamaan dengan itu, terdengarlah suara datang dari langit, mengabarkan bahwa telah habis waktunya, bagi Irawan. Inilah ajal. Yamadipati, sang pencabut nyawa, telah datang, meminta Savitri melepas suaminya. Air mata berurai-urai. Kesedihan yang teramat sangat dirasakan oleh Savitri. Telah habis kebersamaannya dengan kekasih jiwanya.
“Beri aku waktu barang sebentar, tuan. Agar aku dapat mengucapkan kata-kata cinta yang paling indah dan salam perpisahan paling mulia bagi suamiku”. Savitri menangis pilu.
Yamadipati tak mau tahu. Dibawanya Irawan pergi. Namun Savitri tak juga mau melepas sang kekasih hati. Diikutinya terus kemana saja Sang Yamadipati membawa suaminya pergi.
“Savitri kembalilah….suamimu telah mati”
Dan Savitripun menjawab : “Tidak tuan. Aku akan mengikuti suamiku, kemanapun ia pergi”. Dan masih dengan air mata yang bercucuran Savitri melangkah terus, mengikuti langkah kaki Yamadipati.
“Savitri kembalilah nak, jangan ikuti kami !” begitulah berkali-kali sang Yamadipati mengingatkan Savitri. Namun berkali-kali pula Savitri menolaknya. Ia telah berketetapan hati.

Sepertinya hati sang Yamadipati mulai tersentuh, oleh keteguhan hati Savitri. Maka berhentilah ia, dan dipandanginya wajah Savitri yang begitu berduka kehilngan suaminya. Trenyuh hati sang Yamadipati. Maka :”Anakku Savitri, aku kagum akan keteguhan hatimu. Maka aku perkenankan engkau meminta sesuatu hal padaku, dan pasti akan aku kabulkan permintaanmu itu, asal engkau tidak meminta kembali suamimu”.
Mata sendu Savitri terbelalak. Kesedihan tak mengacaukan kejernihan hati dan kecemerlangan otaknya. Savitripun merenung sebentar. Dan jawabnya : “Tuan aku sangat sayang pada mertuaku. Aku juga kasihan padanya, maka aku mohon padamu tuan, kembalikan kerajaan mertuaku yang telah dirampas oleh musuhnya”.
“Baiklah Savitri, akan aku kembalikan kerajaan mertuamu”
Dan sang Yamadipati-pun berlalu. Tapi Savitri masih saja mengikuti sang Yamadipati yang membawa kekasihnya pergi. Dan ketika diketahui ternyata Savitri masih mengikutinya, maka sang Yamadipati menghentikan langkahnya, dan katanya, “Mengapa engkau masih mengikutiku anakku. Bukankah kerajaan mertuamu telah kembali ?. Pulanglah, teruskanlah kehidupanmu”.
Dan jawab Savitri : “Tapi tuan bagaimana mertuaku bisa memerintah kerajaannya dengan baik, kalau matanya buta. Maka aku mohon kepadamu tuan, sembuhkanlah kedua mata mertuaku agar ia bisa melihat dan memerintah kerajaannya dengan baik”.
Yamadipati-pun mengangguk-angguk dan katanya :”Aku kabulkan permohonanmu anakku, maka kembalilah engkau sekarang”.

Yamadipati berlalu, meneruskan perjalanannya. Tapi Savitri masih saja mengikuti sang Yamadipati. Berjalan dibelakangnya, dengan tertatih-tatih kelelahan. Dan sang Yamadipati-pun terkejut ketika ia mengetahui Savitri masih saja mengikutinya. “Savitri apa maumu nak. Jangan engkau ikuti kami, suamimu telah mati”.
Savitri membisu, air matanya jatuh satu-satu. Dan Yamadipati-pun hatinya menjadi pilu melihat Savitri : ”Baiklah nak, aku perkenankan engkau meminta satu hal lagi, asal engkau tak meminta suamimu hidup kembali dan setelah itu jangan engkau ikuti kami”.
Betapa girang hati Savitri mendengar kemurahan hati Yamadipati. Dengan sangat hati-hati Savitri menyampaikan permohonannya kepada sang Yamadipati :”Tuan aku ingin mempunyai anak sebanyak seratus, kabulkanlah tuan”.
Tanpa ragu Yamadipati menyanggupinya : “Baiklah anakku Savitri, aku kabulkan permohonanmu. Sekarang pergilah”.
Savitri dengan keteguhan akan cintanya, sekali lagi, menghadap sang Yamadipati : ”Tuan, lalu bagaimana aku bisa melahirkan seratus anak kalau suamiku engkau bawa pergi. Irawan adalah satu-satunya suamiku, kekasih hatiku, cinta bagi jiwaku tuan”, ratap Savitri.
Sang Yamadipati geleng-geleng kepala, dan mengelus dadanya :” Oo, Savitri, engkaulah wanita dengan keteguhan cinta. Maka aku kembalikan suamimu. Dia hidup kembali karena cintamu, maka lanjutkanlah hidupmu bersamanya. Berbahagialah engkau, anakku”. Dan Irawan-pun hidup kembali karena cinta Savitri.

Nah, begitulah Savitri. Nama agung nan indah, karena si empunya nama telah memaknai-nya dengan pengorbanan, perjuangan dan keteguhan cinta. Ini adalah salah satu ceritera wayang, yang tak lekang oleh zaman.
Seratus kali aku mendengar ceriteranya, maka seratus kali pula aku menyimaknya.

-------------tjit------------



Selengkapnya.....

ketabahan seorang petani

   
Kamis, 10 Januari 2008

Di minggu pagi yang cerah ini, nampak berbondong-bondong petani yang akan menggarap sawah sebelum ditanami padi. Mereka membawa peralatan bertani secukupnya yang akan mereka butuhkan nanti ketika menggarap sawah, termasuk menyiapkan 3 kerbau untuk menggarap sawah seluas 4 hektar itu. Nampak diantara mereka ada seorang bapak-bapak paruh baya yang bernama Abdul. Dia kini tinggal bersama anak sulungnya setelah ditinggal istri dan anak bungsunya yang meninggal akibat demam berdarah 5 tahun silam, sebelumnya dia memiliki 2 orang anak. Untuk menjalani hidup dan menafkahkan anaknya yang tinggal seorang, beliau menekuni profesinya sebagai petani. Profesi ini dia tekuni sejak beliau masih bujangan.

Seperti biasanya setiap ada kegiatan di sawah, beliau tidak pernah absen dalam hal tersebut. Beliau selalu menyertakan anak sulungnya yang tidak bersekolah karena masalah biaya, anaknya sekarang sudah berusia 11 tahun ( namanya agung ). Oleh beliau, si agung diajarkan cara menggarap sawah, menanam padi, memberi pupuk, mengurus kerbau, dan cara mengusir hama hingga si agung telah mahir dalam hal-hal tersebut.
3 bulan kemudian setelah penanaman padi, terjadilah hal yang sangat gawat. Lahan pertanian seluas 4 Ha itu dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan yang terjadi selama 1 bulan ini. Belum lagi kondisi kesehatan pak abdul yang semakin menurun karena penyakit TBC. Melihat hal itu, si agung pun ingin menggantikan posisi ayahnya yang kurang sehat belakangan ini namun apa dikata, sang ayah menolaknya. Ayahnya berkata demikian “ Anakku, selama bapak masih sanggup berjalan, selama bapak masih bisa mencangkul dan mencari nafkah untuk kehidupan kita berdua, bapak tidak akan menyerah begitu saja oleh penyakit bapak. Lagipula, kamu masih kecil dan belum saatnya memikul pekerjaan berat ini nak..”. Mendengar perkataan ayahnya itu, si agung pun menjadi terharu dan menangis terisak-isak. “ Pak, agung sangat perhatian sama bapak, agung takut kalau bapak memaksakan diri, nanti bapak kenapa-kenapa..” ungkap agung. “ Sabar nak, setiap penderitaan itu pasti ada ujungnya, jika kamu bisa tabah menghadapi berbagai cobaan dan berusaha kuat menghadapi cobaan itu, maka kamu telah berhasil mengalahkan penderitaan itu. Niscaya kamu akan mendapatkan kebahagiaan abadi “ ucap bapaknya . “ Terima kasih pak, bapak memang orang yang terbaik bagi diri agung, mudah-mudahan agung menjadi orang yang tabah seperti bapak “ timpal agung. “ Benar nak, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang sabar. Jika saat ini masih ada ibu dan adikmu, mereka akan sangat bangga melihat dirimu nak, kamu memang sudah saatnya belajar menerima kenyataan hidup , ya sudah nak, kamu sholat dzuhur dulu, sekarang sudah jam 12 siang“ ucap bapaknya. “ Kita sholat berjamaah ya pak, dan mendoakan ibu dan ade serta berdoa supaya kekeringan ini akan segera berakhir dan kita bisa menikmati hasilnya, benar kan pak ?” ucap agung. “ Benar nak, bapak sangat bangga padamu”.
3 bulan berlalu, musim hujan telah tiba. Sawah yang tadinya kering kerontang akhirnya subur kembali. Para petani mulai menggarap sawah , mengairi sawah dan beberapa hari kemudian mereka mulai menanami padi. Namun dibalik kegembiraan itu, masih berbekas kesedihan yang ada sejak musim kemarau lalu. Pak Abdul ayahnya Agung sakit TBC nya makin parah. Kondisi badannya yang makin lemah membuiat Pak Abdul harus dirawat di rumah sakit. Namun karena tidak memiliki biaya, akhirnya Pak Abdul hanya dibawa ke puskesmas dan diberi pengobatan seadanya. Pak abdul pun akhirnya hanya dirawat anaknya dirumah. Melihat kondisi kesehatan Pak Abdul yang memburuk, maka mau tidak mau biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat pun harus disiapkan. Maka sekarang giliran Agung yang menggantikan posisi bapaknya bertani dan bapaknya pun mengijinkannya.
4 bulan kemudian dan tinggal 1 minggu lagi menjelang musim panen, Pak Abdul menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka tinggallah Agung seorang diri. 1 hari sebelum menjelang ajalnya, Pak Ahmad sang ayah pun menyampaikan wasiat kepada anak tercintanya itu. Beliau berpesan begini “ Nak, jika bapak telah tiada, kamu harus bisa menjadi orang yang mandiri. Bapak wariskan rumah dan tanah di belakang untukmu, tekunlah kamu bekerja di sawah namun jangan sampai memaksakan diri jika tidak sanggup. Serahkan pekerjaan itu kepada orang dewasa. Tuntutlah ilmu setinggi mungkin walaupun kamu tidak bersekolah. Banyak sumber ilmu yang bisa kamu peroleh. Buat bapakmu bangga, kami bertiga, bapak, ibu, dan adekmu akan selalu mendoakanmu dan menemanimu di alam mimpimu. Bersikaplah sabar dan tawakal dalam menghadapi berbagai macam cobaan.” pesan bapaknya. “ Pak, bapak jangan pergi, agung harus tinggal dengan siapa lagi jika tidak ada bapak ?” agung yang menangis terisak-isak. “Sabar nak, bapak kan sudah bilang bahwa kamu harus menjadi orang yang sabar. Mudah-mudahan ada orang yang berbaik hati yang mau menjagamu, kamu janji ya sama bapak”. ucap bapaknya. “Baiklah, agung akan berusaha menjadi orang yang sabar, menjadi anak yang shaleh dan tabah.” Ucap agung. “ Sudah dulu ya nak, malam ini bapak ngantuk sekali, sebelum tidur, kamu harus berdoa ya, untuk kamu dan untuk kita semua.” Pinta bapaknya.
Keesokan paginya ternyata sang ayah telah wafat. Kini agung tinggal sendiri sampai tiba musim panen. Namun Tuhan Maha Adil, seorang pengusaha kaya raya yang akan membeli lahan pesawahan seluas 4 Ha itu, tanpa sengaja melihat agung yang sedang menggarap sawah menggunakan kerbau peninggalan ayahnya itu. Merasa hatinya terpanggil, pengusaha itu datang menhampiri Agung dan bertanya, “ Nak, nama kamu siapa, mana orang tua kamu ?” . Dengan nada yang lirih penuh dengan kesedihan, agung pun menjawab. “ Orangtua saya dan adik saya telah meninggal dunia. Ibu dan adik saya meninggal akibat terserang penyakit demam berdarah 6 tahun silam, sedangkan bapak meninggal 1 bulan yang lalu akibat terserang penyakit TBC, sekarang saya tinggal sendiri dan bekerja di sawah adalah pekerjaan saya sehari-hari pak.” Merasa iba, pengusaha itu memberikan jawaban yang menggembirakan hati si Agung , “ Nak, kalau begitu kamu ikut bapak saja, bapak ingin mengangkat kamu sebagai anak. Bapak dan istri bapak sudah bertahun-tahun menanti seorang anak namun Tuhan belum memberikan juga. Kalau boleh tahu, siapa namamu nak ?.” Dengan hati yang setengah gembira Agung pun bertanya “ Nama saya Agung, saya memang ingin sekali ada orang yang menyayangi saya. Namun sekarang saya harus hidup mandiri. Itu pesan bapak saya.”. “ Kamu tidak usah khawatir, bapak ingin sekali mengangkat kamu menjadi anak bapak, apa kamu tidak keberatan ?”. Dengan perasaan gembira, Agung pun menerimanya dengan senang hati, “ Baik pak, Agung senang sekali mendengarnya”. “ Mulai sekarang panggil saya ayah dan nanti ketika sampai dirumah, sambut ibumu. Dan mungkin keluarga kamu di alam sana sangat senang mendengar hal ini”. Pinta pengusaha itu .
Akhirnya pada hari itu juga, Agung resmi diangkat anak oleh pengusaha itu. 10 tahun kemudian, dia bekerja ditempat ayah barunya bekerja dan menjadi seorang manager disana. Tanpa melupakan keluarganya yang sudah tiada, setiap bulan si Agung selalu mendatangi kampung halamannya dan selalu ikut bergabung untuk bekerja bersama para petani disawah.




-----SELESAI-----






Cerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh, tempat dan unsur di dalamnya hanya merupakan kebetulan saja. Ini hanya cerita karangan





Selengkapnya.....
 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Powered by    Login to Blogger